Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pertama kali berdiri pada tahun 1928. Saat itu Dr. Lonkhuzein memiliki usulan untuk membuka sekolah kedokteran gigi pertama di Surabaya. Usul dari kepala departemen kesehatan masyarakat tersebut langsung disambut baik oleh Dr. R.J.F Van Zaben yang saat itu menjabat sebagai Direktur NIAS (Nederland Indische Artsen School). NIAS adalah sekolah kedokteran Hindia Belanda yang saat itu sedang menerima 21 Siswa yang sedang belajar ilmu kedokteran.
STOVIT, cikal bakal Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR |
Pada tanggal 28 September 1928 merupakan hari bersejarah bagi Fakultas Kedokteran Gigi Unair karena saat itu sekolah pada zaman pendudukan Belanda ini pertama kali resmi berdiri. Sekolah yang dinamai dengan School Tot Opleiding Van Indische Tandartsen atau biasa disebut STOVIT ini resmi menerima siswa dan memulai kegiatan belajar mengajar. 21 Siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut akan mengikuti belajar dengan masa pendidikan selama 5 tahun. Didalamnya juga termasuk latihan klinis selama tiga tahun.
Pada saat berganti pendudukan Jepang, STOVIT pun berganti nama menjadi Ika Daigaku Shika (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi) hal ini berlangsung dari 1942-1945. Saat itu juga Direktur nya juga berganti menjadi Dr. Takeda yang merupakan direktur pertama yang kemudian diganti oleh Prof. Imagawa.
Terakhir sebelum Indonesia merdeka, Ika Daigaku Shika masih sempat berganti nama lagi menjadi Tandheelkundig Institute (Institut Kedokteran Gigi) pada saat dipimpin oleh Dr. JM Klinkhamer Senior pada tahun 1947, pada saat Jepang berhasil dipukul mundur oleh pasukan NICA. Pada tahun 1948 TI berubah nama lagi menjadi Universiter Tandheelkundig Instituut di Surabaya. Ini adalah nama terakhir sebelum nantinya Fakultas Kedokteran Gigi diubah lagi namanya oleh pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS).